Tradisi Lisan yang Masih Bertahan di Tengah Modernisasi

Tradisi Lisan yang Masih Bertahan di Tengah Modernisasi

Tradisi lisan merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai historis, moral, dan sosial yang tinggi. Sebelum tulisan dikenal luas, masyarakat di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, telah menggunakan tradisi lisan sebagai media utama untuk menyampaikan pengetahuan, nilai-nilai kehidupan, serta sejarah leluhur. Melalui cerita rakyat, legenda, dongeng, pantun, mantra, hingga nyanyian daerah, tradisi lisan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini yang menghubungkan generasi satu dengan generasi berikutnya. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan arus modernisasi yang kian deras, keberadaan tradisi lisan menghadapi tantangan serius yang mengancam kelestariannya.

Di tengah derasnya informasi digital dan globalisasi budaya, tradisi lisan kerap dipandang kuno dan tidak relevan dengan kehidupan modern. Padahal, di balik kesederhanaannya, tradisi lisan menyimpan kekayaan nilai yang sangat penting bagi pembentukan karakter bangsa. Dalam tradisi lisan, terkandung ajaran moral, etika, serta filosofi kehidupan yang disampaikan dengan cara yang mudah dipahami masyarakat. Misalnya, cerita rakyat seperti “Malin Kundang” tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai hormat kepada orang tua dan pentingnya bersyukur. Begitu pula dengan pantun Melayu yang sarat makna dan keindahan bahasa, mengajarkan kepekaan terhadap estetika serta kemampuan berpikir kreatif.

Walaupun modernisasi membawa perubahan besar terhadap cara manusia berkomunikasi dan memperoleh informasi, hal tersebut tidak semestinya menjadi alasan untuk melupakan tradisi lisan. Justru di era digital ini, tradisi lisan dapat diadaptasi dan dihidupkan kembali melalui berbagai media modern. Cerita rakyat dapat direkam, diunggah ke platform video, atau dikemas dalam bentuk animasi edukatif yang menarik bagi generasi muda. Dengan cara ini, nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi lisan tetap dapat tersampaikan dengan cara yang relevan bagi masyarakat masa kini.

Selain itu, pelestarian tradisi lisan juga menjadi bagian dari upaya menjaga identitas bangsa. Indonesia yang memiliki ribuan suku bangsa dengan bahasa dan adat istiadat yang beragam tentu menyimpan khazanah tradisi lisan yang luar biasa. Setiap daerah memiliki kisah dan gaya bercerita yang unik, mencerminkan cara pandang mereka terhadap alam, kehidupan, dan hubungan sosial. Bila tradisi lisan ini hilang, maka hilang pula sebagian dari jati diri dan kebijaksanaan lokal yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat Nusantara. Oleh karena itu, pelestarian tradisi lisan tidak hanya tanggung jawab para budayawan atau pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat.

Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menghidupkan kembali tradisi lisan. Kegiatan mendongeng di sekolah dasar, lomba pantun, atau pengenalan cerita rakyat daerah dalam pelajaran bahasa dan sastra dapat menjadi sarana efektif untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya sendiri sejak dini. Demikian pula media massa dan digital memiliki potensi besar untuk menyebarluaskan kembali nilai-nilai tradisi lisan melalui konten kreatif dan inovatif yang menarik perhatian generasi muda.

Dengan demikian, di tengah derasnya arus modernisasi, tradisi lisan masih memiliki tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat. Ia bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan sumber kebijaksanaan yang dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi tantangan zaman. Melalui upaya pelestarian yang kreatif dan berkelanjutan, tradisi lisan dapat terus hidup, tumbuh, dan berkembang tanpa kehilangan esensi budayanya. Hanya dengan cara inilah keseimbangan antara kemajuan modern dan warisan budaya dapat terjaga, sehingga jati diri bangsa Indonesia tetap kokoh di tengah perubahan global yang tak terelakkan.

15 November 2025 | Informasi

Related Post

Copyright - Portal Kalsel